Minggu, 19 April 2009

Mobile Marketing di Indonesia

I. Pendahuluan
Konvergensi internet dan teknologi mobile telah meghadirkan merek atau produk di tangan konsumen. Bayangkan ketika berkendara melintasi Jl. Asia Afrika, Senayan, Jakarta, tiba-tiba pesan berisi tawaran diskon besar-besaran di sebuah mal di kawasan Senayan muncul di layar ponsel kita. Atau ketika akan berbelanja di hypermarket di sebuah kawasan, kita memencet nomor tertentu untuk menanyakan hypermarket yang menawarkan harga susu murah. Tidak sampai lima menit kemudian, di layar ponsel muncul daftar harga susu murah yang berlokasi di kawasan itu.
Itulah salah satu bentuk layanan mobile marketing yang kini tengah dikerjakan oleh pemasar-pemasar di Indonesia. Ini belum termasuk layanan perbankan, tiketing, dan sebagainya. Mobile marketing di Indonesia berkembang pesat meski dari sisi fitur masih terbatas. Sebagian besar memang masih sebatas teks, belum masuk ke video yang memungkinkan seorang pelanggan mendapatkan informasi lengkap tentang produk yang dia beli. Dengan semakin berkembangnya teknologi, peluang untuk menghadirkan merek atau produk secara lengkap ke dalam gengaman pelanggan dalam jangka pendek akan terwujud.
Awalnya adalah internet. Melalui internet, pemasar bisa berinteraksi, pemasar dengan mudah mendapatkan pelaporan atas usaha pemasaran yang dilakukan, konsumen juga mendapat tanggapan yang lebih cepat, dan perusahaan juga bisa melakukan targeting dengan berbasis data lengkap sehingga ketepatan mecapai target yang ingin dituju sangat tinggi.
Kini konvergensi internet dan teknologi wireless mulai mempertanyakan asumsi banyak perusahaan untuk merevisi strategi pemasaran mereka. Kombinasi antara internet dan telepon selular membuat semula yang tidak mungkin menjadi mungkin. Termasuk bagaimana melakukan pemberian merek dan komunikasi pemasaran, bahkan penjualan secara one to one, sementara mereka berbelanja, menonton pertandingan sepak bola, jalan-jalan, bekerja, atau melakukan sesuatu di rumah.
Di masa lalu, paradigma pengiklan didasarkan pada pola komunikasi satu arah. Pengiklan seakan berada diatas dan konsumen berada di pihak penerima secara pasif. Kini, perkembangan sistem teknologi komunikasi digital yang begitu cepat membuat konsumen bisa berinteraksi dengan merek dalam beragam cara. Sekarang, interaksi itu bisa dilakukan melalui ponsel, PDA, dan peralatan lainnya. Melalui peralatan itu dan perkembangan teknologi komunikasi data membuat pameran produk dengan menggunakan teknologi hologram bukan lagi mimpi.
Mobile marketing kini menjadi topik atau bahkan aplikasi di bidang pemasaran yang banyak menarik perhatian dan penting, baik oleh kalangan praktisi maupun akademisi. Karena sifatnya yang masih baru, belum banyak yang memanfaatkannya. Saat ini masih didominasi oleh pemasaran konvensional. Mobile Marketing Association mendefinisikan mobile marketing sebagai penggunaan media wireless untuk mengirimkan isi secara terintegrasi dan alat untuk mendapatkan respon secara langsung dalam program komunikasi pemasaran yang menggunakan media silang.
Meski bukti empiris efektivitas mobile marketing masih jarang, pemasar di seluruh dunia meningkatkan anggaran belanja untuk kegiatan pemasarannya di media mobile. Sebab, dalam kondisi lingkungan komunikasi yang berubah cepat, pemasar terus mencari alternatif jalan yang lebih baik untuk investasi pemasaran mereka. Pasar masal belakangan ini mulai terfragmentasi dan juga terjadi pada media komunikasi impersonal, menuntut pola pemasaran one to one. Itu sebabnya, efektivitas periklanan yang bersifat masal kini menjadi berkurang. Di sisi lain, belakangan berkembang teknologi yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara personal, seperti telepon selular, PDA, dan Blacberry. Pertumbuhan pelanggan selular sangat pesat. Saat ini jumlah pengguna telepon selular di Indonesia mencapai 120 juta. Penggunanya mulai dari usia anak-anak hingga dewasa. Menurut sebuah survei, pengguna paling besar adalah kalangan remaja. Fitur-fitur yang ditawarkan kepada segmen ini sangat bervariatif sehingga mendorong segmen ini untuk menggunakan layanan secara aktif.
Pertumbuhan pengguna ponsel di Indonesia luar biasa. Bila total penduduk Indonesia tahun ini mencapai 245 juta berarti separuh penduduk Indonesia merupakan pengguna ponsel. Bayangkan, pasar global saja pada tahun 1998 terdapat 200 juta pengguna telepon selular di seluruh dunia, tahun 2004 jumlahnya bertambah menjadi 1,6 miliar pelanggan. Kemudian, pada tahun 2006 meningkat lagi menjadi sekitar 2,6 miliar pengguna selular. Angka ini diprediksi tumbuh 20% menjelang 2015. Rasanya tidak ada produk maupun perangkat teknologi yang jangkauan pasarnya mengalahkan teknologi mobile.
Hebatnya lagi, menurut data AC Nielsen, satu dari seratus orang pengguna ponsel di Indonesia menggunakannya untuk mengkases internet. Dengan kata lain, saat ini terdapat sekitar 1,2 juta pengguna ponsel yang biasa mejelajahi dunia maya. Meski sebagian besar penjelajah dunia maya melalui ponsel tersebut hanya sebatas membaca atau menjawab e-mail saja, namun ada kecenderungan makin maraknya fenomena buzz marketing. Melalui e-mail atau jaringan media sosial yang diakses melalui ponsel, mereka meyebarkan informasi tentang produk, baik yang postif maupun negatif. Sehingga penyebaran informasi tersebut terjadi hanya dalam hitungan menit.

II. Revolusi Mobile Marketing
Revolusi mobile marketing tidak terlepas dari perkembangan ponsel. Saat ini pelanggan ponsel semakin terus bertambah. Nielson Mobile pada bulan Maret 2008 lalu memperkirakan jumlah total pengguna global mencapai angka 3 miliar pada tahun 2010. Pertumbuhan ini dibuat dengan asumsi di masa mendatang akan terus bermunculan ponsel baru, harga paket dan konten yang semakin baik, yang akan menarik penerbit dan layanan mobile baru.
Mengikuti perkembangan teknologi mobile tersebut, ruang yang disediakan bagi pemasar untuk menjadikannya sebagai media pelengkap semakin besar. Pemasar pun segera menangkap peluang itu. Menurut Informa/Economist, belanja mobile advertising pada tahun 2006 hanya US$ 871 juta. Sementara eMarketer, bulan Maret 2008 memperkirakan belanja iklan mobile seluruh dunia akan mencapai total US$ 19 miliar pada tahun 2012. Total pasar Asia Pasifik untuk periklanan mobile pada saat itu diperkirakan akan mencapai US$ 6,9 miliar.
Laporan AdMob menunjukkan pada bulan Juli 2008 traffic rate mobile marketing di Indonesia meningkat menjadi 9,64 kali dibanding pada tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut memperlihatkan Indonesia berada di peringkat atas mengalahkan Amerika Serikat dan India.
Teknologi telekomunikasi berkembang pesat. Pergeseran teknologi dari jaringan kabel menuju mobile phone semakin tidak terelakkan. Terlebih saat ini konvergensi antara teknologi internet dan ponsel memungkinkan pengguna ponsel mengakses internet melalui ponsel sehingga dunia memasuki era baru mobile service.
Era baru ini dimulai pada awal tahun 1990 ketika Amerika Serikat menghadirkan teknologi komunikasi mobile yang dikenal dengan GSM. Teknologi ini kemudian dengan cepat diadopsi berbagai negara. Jepang mulai mengembangkan inovasi layanan dan Korea Selatan ikut berinovasi di bidang broadband. Teknologi komunikasi terus berkembang hingga muncul komunikasi mobile berbasis CDMA yang menggunakan teknologi digital selular.
Akhirnya diawal abad milenium, dominasi pasar di negara-negara Eropa bergeser ke Cina dan India. Cina bahkan menjadi pusat perantara produsen IT terbesar di dunia, seperti Microsoft, IBM, dan Intel untuk melayani pasar di kawasan Asia. Pasar teknologi ponsel (GSM, CDMA, 3G) terus membesar. Menurut data yang ada, pada tahun 2005 populasi Cina sebesar 1,3 miliar jiwa, sebanyak 269 juta adalah pengguna.
Bagi dunia bisnis, mobile marketing memberikan peluang yang luar biasa. Teknologi mobile tersebut bisa dimanfaatkan untuk pemasaran. Sebagai instrumen untuk pemasaran, peralatan teknologi bisa dimanfaatkan untuk membangun hubungan dan berinteraksi dengan konsumen secara kreatif serta dimungkinkan sebagai awal dari pengembangan bagi customer service berbasis mobile commerce dalam bentuk, jumlah, dan ragam yang sangat besar.
Dengan teknologi informasi, perusahaan dapat membangun entertainment player yang bisa dibawa kemanapun. Peralatan pemasaran baru bagi produsen dan peritel, media untuk belanja, navigasi, bentuk baru dari tiket dan uang, dan peralatan internet bergerak yang bisa menghemat waktu bagi para eksekutif perusahaan. Pada saat yang sama, peralatan dan aplikasi telekomunikasi bergerak tersebut bisa dipergunakan sebagai saluran untuk mengirimkan pesan-pesan iklan yang atraktif kepada konsumen.
Pada dasarnya ada dua karakteristik utama dari kampanye mobile marketing, yaitu push dan pull. Pada push campaign, pesan dikirim kepada konsumen tanpa mereka minta, sedangkan pada pull campaign, pemasar menggunakan media lain sebagai pemicu bagi konsumen. Menurut laporan, banyak pakar meyakini bahwa konsumen akan menerima mobile marketing jika mereka merasa akan menerima keuntungan dari iklan. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk bisa memberikan nilai tambah bagi kampanye mobile marketing termasuk informasi, hiburan, undian, dan insentif keuangan.
Teknologi mobile marketing memang menjanjikan manfaat yang luar biasa. Dengan teknologi baru tersebut para pemasar mempunyai alternatif baru dalam mempertahankan pasar yang ada sekaligus menarik pelanggan baru. Namun, penting untuk disadari juga bahwa teknologi ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain disebabkan oleh keterbatasan fitur dari beberapa peralatan telekomunikasi.

III. Kesimpulan
Dunia mobile advertising di Indonesia sejatinya baru dimulai pada tahun 2006, karena harga ponsel yang mendukung fitur GPRS dan bluetooth ketika itu masih relatif mahal. Wismilak pada acara turnamen tenis Wismilak International di Bali adalah merek yang pertama kali menggunakan mobile marketing. Penonton pada saat itu bisa melihat skor pertandingan via bluetooth.
Masyarakat pada waktu itu masih dihinggapi ketakutan terinfeksi virus waktu mengaktifkan bluetooth. Tidak hanya konsumen, bahkan agensi dan prinsipal juga masih banyak yang menganggap rawan beriklan di ponsel via bluetooth. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu ditakuti karena sifat bluetooth adalah meminta izin masuk ke dalam ponsel. Jadi, jika data tidak dikenal maka akan ditolak. Satu hal lagi, virus bluetooth sebetulnya hanya merupakan angka-angka atau alamat identitas ponsel yang masuk ketika seseorang menggunakan earphone.
Pada tahun 2007 keadaan sudah membaik. Harga ponsel sudah mulai menurun dan pengetahuan orang tentang virus sudah semakin baik. Beriklan melalui ponsel mulai diminati. Sementara itu, agensi secara rata-rata belum mempunyai kemampuan berjualan melalui mobile marketing, karena mereka tidak memiliki pengalaman dalam hal tersebut. Hanya sedikit produsen yang menggunakan aplikasi ponsel dan bluetooth untuk beriklan.
Lalu pada tahun 2008, mulailah era mobile advertising di Indonesia. Selama ini operator tidak menyadari betapa pentingnya membuat aplikasi mobile yang sesuai permintaan konsumen. Para operator hanya terpaku membeli produk aplikasi game dari luar negeri dengan sistem bagi hasil. Hal tersebut mematikan kreativitas para mobile programmer di Indonesia, sehingga sedikit sekali perkembangan yang terjadi. Tetapi kini sejumlah merek sudah mulai tertarik dengan mobile marketing sebagai media untuk berinteraksi dengan konsumen secara lebih personal.

Tidak ada komentar: